Ibuku yang Luar Biasa.. :)

Terinspirasi dari cerita beberapa orang sahabat saya. Mereka bercerita tentang kehidupannya. Sebagai aktivis, yang sibuk. Ya, kebanyakan dari mahasiswa yang memilih menjadi aktivis itu sibuk. Ini memang pilihan.

Dulu, pas SMA, bisa dibilang saya ini anak yang susah keluar rumah. Saya ikut organisasi, KIR dan DKM (rohis sekolah), tapi ga bisa aktif. Setiap ada rapat, saya jarang ikut. Bahkan untuk mentoring pun saya lebih memilih pulang. Bukan, bukan karena saya malas. Sejujurnya saya sangat ingin ikut, tapi keadaan tidak memungkinkan. Akhirnya saya hanya menjadi manusia di belakang layar dalam organisasi itu. Saya bisa ikut mentoring, tapi cuma bentar. Aturannya, saya harus udah sampe rumah sebelum ashar, atau paling ga sebelum jam 5 sore, itu juga ga boleh sering sering. Ketika itu, saya belum sadar kenapa harus kya gitu. Sering kali saya membandingkannya dengan teman saya. Ya, mereka aktif dalam keadaaan kedua orang tua mereka tidak ada di rumah, kerja. Sedangkan saya, ada ibu yang di rumah sendirian, bekerja menjadi ibu rumah tangga yang sangat baik. Tapi saya tetep ga mau  peduli. Bahkan saya sempet berharap kalau ibu saya kerja aja, ga ada dirumah.

Setelah kuliah, saya pikir saya akan bebas. Kemanapun saya mau pergi, ga boleh ada lagi yang ngelarang. Saya harus udah boleh bebas keluar rumah. Boleh ikut ini, boleh ikut itu. Tapi kenyataannya, pas saya sering keluar rumah saya tetep dimarahin. Sekali lagi, saya belum ngerti. Kenapa sih?

Seiring waktu, saya dipertemukan dengan orang-orang senasib. Yang orang tuanya sama-sama sebagai ibu rumah tangga. Di rumah setiap hari. Dan saat itu saya baru tau, inilah perbedaan seorang anak yang salah satu orang tuanya ada dirumah dengan yg tidak. Ternyata mereka juga susah buat keluar rumah. Bertemu dengan orang-orang senasib membuat saya merasa ga sendiri lagi. Walaupun kadang saya masih belum mengerti dan ingin bebas.

Pernah terpikir oleh saya untuk tinggal di kost-an aja. Biar bebas, ga ada yang ngatur. Tapi saya ga yakin. Saya belum bisa ngurus diri sendiri, entah karena emang belum bisa entah karena belum pernah. Banyak cerita yang saya dapatkan. Kata anak kos, ngekos emang enak ga ada yang ngatur, tapi justru karena ga ada yang ngatur itu, hidupnya jadi ga teratur. Hidup bersama orang tua memang zona paling nyaman.

Seiring waktu, saya baru sadar. Ibu saya berharap saya banyak dirumah bukan karena beliau mengekang saya. Ibu sedang mengajarkan bagaimana menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik. Ibu sedang mengajarkan bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengurus anak dan suami. Bukan berarti saya, yang ingin mendedikasikan diri sebagai aktivis, sebagai muslimah, ga boleh ngurus umat. Tapi jadikanlah anak dan suami menjadi prioritas utama. Menjadi ibu rumah tangga yang baik itu ga mudah. Ya, saya baru sadar itu sekarang.

Aku pernah bilang ke ibu, “Sayang deh sama ibu, sayang banget mmmuach..”. Trus kata ibu, “ah bohong. Puti mah ga sayang sama ibu. Buktinya setiap hari ibu ditinggalin sendirian dirumah.” Jleb. Nadanya ga serius sih, tapi aku tau itu berasal dari dalam hati ibu yg terdalam.

Sekarang saya lebih memilih pulang kalau udah ga ada kegiatan penting di kampus. Ya, saya harus memilih kegiatan apa saja yang memang harus diprioritaskan. Rumah yang jauh juga membuat saya semakin ingin pulang cepat. Seakan-akan ada magnet di rumah yang menarik saya pulang kalau ada diluar rumah dan menahan saya ketika saya akan keluar rumah. Ini bukan berarti saya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) yang SO (study oriented), tapi karena di rumah ada ibu yang sendirian. Saya ga tega kalau harus ninggalin beliau lebih lama. Entah kenapa, akhir-akhir ini saya ingin selalu dekat dengan beliau. Saya takut kehilangannya..

—————————————————————

Sebagai mahasiswa, saya punya cita-cita yang tinggi, pemikiran jauh ke depan. Ingin mengaktualisasikan diri. Ingin menjadi ini, ingin menjadi itu, ingin kesana, ingin kesitu, dan saya merasa bahagia.

Di sisi lain, orang tua kita akan merasa kehilangan, kesepian. Anak yang udah sekian puluh tahun mereka asuh, kini harus pergi, mencari ilmu, mengejar cita-cita. Rumah yang asalnya rame dengan celotehan sang anak, sekarang sepi..semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Pada kenyataannya kita harus sering meninggalkan orang tua kita di rumah karena tuntutan di kampus. Suatu kali mereka akan merindukan kita, menelpon (buat yg nge-kos) atau meminta kita diam dirumah, menemani beliau. Tapi dengan nada yang tinggi kita cuma bilang, “duh, lagi sibuk, ada acara ini, itu.. ga bisa ditinggal”

Aku memang tak ingat, ketika masih dalam asuhannya, saat aku berbuat banyak kesalahan, dengan sabar dan lembut ibu mengajariku hal yang benar. Beliau menimangku saat masih bayi. Bangun di tengah malam ketika aku rewel. Membawaku kemana mana saat masih dalam kandungan ibu, selama 9 bulan. Ya, 9 bulan aku mendekam di dalam rahim ibu. Ketika itu aku memang tak ingat, karena aku belum sepenuhnya “hidup”. Tapi saat aku mulai beranjak remaja, semua keperluanku beliau lengkapi. Aku tak pernah merasa kekurangan. Ibu begitu sempurna. Tak ada alasan untuk diriku berani meninggalkan ibu sendirian, setelah sekian banyak hal yang telah ibu korbankan untuk aku. Anak macam apa aku ini kalau dengan lantangnya bersikap apatis terhadap ibu.

Aku takut kehilangan ibu. Aku anak yang bisa dikatakan sangat manja ke ibu. Aku ga mau jauh dari ibu.

Tapi begitulah hidup. Akan ada yang datang dan pergi lagi. Seiring dengan waktu, semuanya akan ada dalam keadaan yang ga sama.

Selama masih ada orang tua, manfaatkan sebaik-baiknya.. sayangi mereka dan jangan kecewakan mereka. Hanya itu yang bisa aku persembahkan sebagai anak. Selebihnya biarlah Allah yang membalas.

“Ibu cuma mau anak-anak ibu jadi anak yang soleh solehah. Biar kita bisa ngumpul lagi nanti di surga..”

Dedicated for all children who read this note.. siapapun yang pernah merasa menjadi seorang anak..

Bandung, 7 March 2010 ~

10:48 PM ~ In the night without moon, in my sweet room..ibuku yang luar biasa..

10 tanggapan untuk “Ibuku yang Luar Biasa.. :)”

  1. nurul juga sayang ama ummi nurul… huwa, jadi ingin pulang ke rumah liat senyum ummi… (lagi di kampus, yang jarak rumah dan kampus hanya 20 menit jika berjalan) hehehe..

  2. wah nampaknya mbak putri ini ingin jadi pejuang yah 🙂 lanjut mbak perjuangannya jgn menyerah. ibu emang nomer uno kata orang italia he he

  3. @nug:
    heheu.. :p

    @nurul:
    yah, nurul mah rumahnya deket ateu, mau pulang juga gampang.. ahhaha

    @agr:
    yeah, sang pejuang itu ga boleh nyerah.. 🙂

  4. hallo putri! hehe… nasib kita sama looh…
    emang saya sering ngedumel dan jengkel, ngiri liat temen yg bisa dikasih kebebasan sm ortunya.
    tapi setelah perbincangan saya dengan mama dan kaka saya,
    saya tau… kalo ortu itu khawatir. takut kita salah jalan dengan terlalu sering dan lama ninggalin rumah, dan yang terpenting.. di masa nya sekarang, dimana suami dan anak-anaknya yang beranjak dwasa sibuk di luar rumah, ada rasa kesepian di dalam diri mereka.. saya baru menyadarinya, mungkin begitu juga dengan orang tua atau ibu kamu 🙂

    1. iya, bener banget..
      tapi disisi lain, tetep ada rasa iri sama orang2 yang punya kebebasan buat keluar rumah..
      but, it’s ok.. sy ambil positifnya aja, buat masa depan sy juga.. =D

Tinggalkan Balasan ke putri Batalkan balasan